Emosi dan Motif

EMOSI DAN MOTIF

1. EMOSI

Selama ini kajian-kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang dicapai seseorang. Tetapi, sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk perilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkstkan hasil belajar. Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvesional, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, dan berperan dalam menghidupkan perkembangan serta penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar yang terjadi haruslah menyenangkan.

a. Pengertian Emosi

Definisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut :

William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.

Goleman, 1999 (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak..

Kleinginna & Kleinginna (dalam DR. Nyayu Khodijah) mencatat ada 92 definisi yang berbeda tentang emosi., Namun disepakati bahwa keadaan emosional adalah suatu reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.


b. Teori-Teori Emosi

Walgito, 1997 (dalam DR. Nyayu Khodijah), mengemukakan tiga teori emosi, yaitu :

1. Teori Sentral,

Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya : orang menangis karena merasa sedih

2. Teori Periferal

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910). Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.

3. Teori Kepribadian

Menurut teori ini, emosi ini merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.

c. Fungsi Emosi

Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk Survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai Energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan Messenger atau pembawa pesan (Martin dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006)

Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membeda dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain.

Energizer, yaitu sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan juga semangat untuk hidup. Contohnya : perasaan cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup.Contohnya : perasaan sedih dan benci.

Messenger, yaitu sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa disekitar kita ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang terjadi dalam keadaan seperti itu mungkin kita akan tertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang yang sedang bersedih merasa bahwa kita bersikap empati terhadapnya.

d. Jenis dan Pengelompokkan Emosi

Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu

Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.

Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.

e. Pengaruh Emosi pada belajar

Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006). Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier, 2002 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006) kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan emosi pada siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.

2. MOTIF

a. Pengertian Motif

Menurut Winkel, 1996 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.

Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Macam-Macam Motif

Menurut WoodWorth dan Marquis, 1957 (dalam DR. Nyayu khodijah, 2006), motif itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan pernapasan, seks, kebutuhan beristirahat.

2. Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena sekitar menuntutnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan, motif untuk bersaing.

3. Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.

b. Kekuatan Motif

Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain. Sehubungan dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.

c. Konflik Motif

Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam motif yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang mempunyai motif untuk belajar, tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau konflik dalam diri orang tersebut antara motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi, konflik motif akan terjadi bila adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon yang dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :

1. Pemilihan atau Penolakan

Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas. Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi

2. Kompromi

Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat mengambil respon yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut. Tetapi, tidak semua objek atau situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal yang akhir ini individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.

3. Meragu-ragukan (bimbang)

Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang buruk atau baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek mempunyai nilai-nilai positif ataupun negatif, kedua-duanya mempunyai sifat atau segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.

Kebimbangan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang mengacaukan hingga keadaan psikis, sehingga individu mengalami hambatan-hambatan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan melakukan pemeriksaan dengan teliti terhadap segala aspek dari objek tersebut.

e. Peran Motivasi dalam mencapai keberhasilan Belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip tersebut adalah :

1. Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar

2. Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar

3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman

4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar

5. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar

6. Moivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Khodijah,Nyayu.2006.Psikologi Belajar.Palembang:IAIN Raden Fatah Press

Partini, Sri. 1995. Psikologi Perkembangan. Ikip Yogyakarta.

Walgito,Bimo.1997.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi Offset

WordPerss. 2008. Hal Utama dalam Psikologi Pendidikan (online),———. (www.vanillamist.com diakses 5 agustus 2008, 21.09).

Aliran – Aliran Psikologi

ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI

1. STRUKTURALISME

a. Tokoh : WILHELM WUNDT

b. Pendapatnya : Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang.

c. Metode : Instrospeksi / mawas diri

d. Obyek : Kesadaran

Elemen mental / elemen-elemen yang lebih kecil

Jiwa

Kesadaran

Penginderaaan = penangkapan terhadap rangsang yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil

Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.

2. FUNGSIONALISME

a. Tokoh : WILLIAM JAMES (1842-1910)

b. Pendapatnya : Mempelajari fungsi / tujuan akhir aktivitas

Semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu

No

BAB

STRUKTURALISME

FUNGSIONALISME

1

2

Asal

Pendekatannya

Jerman (ahli filsafat)

Pengalaman di analisa dalam unsurnya

Amerika (Praktis Pragmatis)

Pengalaman di hubungkan untuk hidup / fungsinya penyesuaian diri.

3. ASOSIASISME

a. Tokoh : THOMAS HOBBES (1588-1679)

b. Pendapatnya : Jiwa terdiri 3 bagian

1. Sensation

2. Secall

3. Association

1. Sensation : Proses seseorang menerima rangsang

2. Secall : Proses seseorang memproduksi kembali yang dialami

3. Association : Penggabungan rangsang satu dengan rangsang yang lain lahirlah berpikir

c. Metode : Eksperimen

1. Thorndike, dalam law of readiness untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada seseorang, maka orang tersebut harus ada kesiapan tentang hal-hal yang akan diajarkan (Hukum Pertautan)

2. Law of effect, suatu laku yang dalam situasi tertentu memberi kepuasan akan selalu di assosiakan (di ulang lagi kalau ada kesempatan)

4. PSIKOANALISA / PSIKOLOGI DALAM

a. Tokoh : SIGMUND FREUD (1856-1939)

b. Pendapatnya : Kehidupan manusia di kuasai oleh alam ketidaksadaran

c. Metode : Eksperimen

Psikoanalisa sebagai teori kepribadian (gunung es)

Id = libido (dorongan seksual)

Ego = melaksanakan dorongan-dorongan

Super ego = penyaring / kontrol (kata hati)

(Dream as a Wishful Fillment)

5. BEHAVIORISME

a. Tokoh : JOHN BROADUS WATSON (1878-1958)

b. Pendapatnya : Mempelajari tingkah laku, tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di ukur secara obyektif.

Ilmu tentang tingkah laku, rangsang, kebiasaan, belajar.

Tingkah laku Tertutup : Tingkah laku, kontraksi otot-otot sekresu kelenjar (gerakan-gerakan yang lemah), berpikir (tidak bergerak-gerak secara halus sekali selama kita berpikir)

Terbuka :

6. PSIKOLOGI HORMIC

a. Tokoh : WILLIAM MC DOUGALL (1871-1944)

b. Pendapatnya : (Hampir sama Behaviorisme)

Tiap-tiap tingkah laku ada yang mendasarinya yaitu tujuan / arah

Tingkah laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya

Tingkah laku tanpa tujuan itu refleks

7. GESTALT

a. Tokoh : MAX WERTHEIMER (1880-1943)

b. Pendapatnya : Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tisap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan.

Ingatan dan Lupa

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Setiap manusia pasti mempunyai pengalaman-pengalaman. Apa yang dialami oleh manusia itu akan ditimbulkan kembali, sewaktu-waktu dibutuhkan. Tetapi tidak seluruh pengalaman-pengalaman itu dapat diingat seluruhnya, dan pengalaman yang tidak ingat itu sering disebut lupa.

Dengan dasar di atas kiranya perlu dipelajari mengenai ingatan dan lupa. Membicarakan ingatan, juga sekaligus membicarakan kelupaan.

Seperti telah dikemukakan di atas ingatan itu berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang telah lampau. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa apa yang diingat merupakan hal yang pernah dialami, pernah diamati. Dengan demikian bila ditinjau lebih lanjut, ingatan itu tidak hanya menimbulkan kembali, tetapi juga kemampuan untuk menerima, menyimpan, baru menimbulkan kembali.

1.2. PERMASALAHAN

Setelah melihat dari latar belakang dalam bahasan ini, maka masalah yang perlu kita pelajari adalah aktivitas mengingat pada pesera didik dan penyebab lupa.

1.3. TUJUAN

Adapun tujuan dari penyusunan, persentasi, dan pembahasan ini adalah :

1. Agar mahasiswa memahami aktivitas mengingat pada peserta didik dan

penyebab lupa

2. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya tentang

ingatan (memori ) dan lupa dalam proses belajar dan pembelajaran

BAB. II

PEMBAHASAN

2.1. Aktivitas mengingat pada perserta didik

2.1.1. Konsep Memori

Dalam kamus lengkap psikologi (Chaplin 1999) memorI diartikan sebagai :

1. Fungsi yang terlibat dalam mengenang / mengalami lagi pengalaman masa lalu.

2. Keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali.

3. Satu pengalaman masa lalu yang khas.

Menurut Kartono (1990 ) memori / ingatan adalah :

Kemampuan untuk mencamkan, menyimpan dan mereproduksi kembali hal-hal yang pernah di ketahui.

Sedangkan sifat-sifat dari ingatan yang baik adalah : Setia, Cepat, Lama ,Luas, dan Siap

Walgito (1997) mengatakan bahwa :

Memori adalah : kemampuan jiwa untuk memasukan (learning), menyimpan ( retention ) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.

Morgan dkk (1986) mendefinisikan :

Memory sebagai proses encoding (Pengkodean), storage (penyimpanan) dan rerievel (Pemanggilan kembali) apa yang pernah dipelajari sebelumnya.

Bruno (1987) menyatakan bahwa :

Memori adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan kembali, informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat pada otak.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, memori mempunyai 3 fungsi / proses, yaitu :

Memberi kode / sandi

Menyimpan dan

Menimbulkan kembali

– pada proses pengkodean :

Input sensor diterima dan ditransformasikan ke dalam sebuah bentuk atau kode yang dapat di simpan.

– pada proses penyimpanan :

Informasi yang telah di beri kode tersebut diletakan dalam struktur memori.

– pada proses penimbulan kembali :

Info yang telah tersimpan berusaha untuk di akses kembali tat kala di butuhkan.

Proses memunculkan kembali memori (record) yang tersimpan dalam memori permanen meliputi 3 cara, yaitu :

Recall : Proses memunculkan record tanpa cue

Recognition : Proses memunculkan record dengan bantuan cue.

Rekonstruksi inferensial : Digunakan bila cue hanya menyebabkan kemunculan sebagai record.

2.1.2. Struktur memori

Sistem memori manusia tersusun dari 3 komponen :

Storage ( Penyimpanan )

Short Term Memory

Long Term Memory

Informasi ( Stimulasi dari Lingkungan ) terlebih dulu melalui sensory storage, lalu melewati short term memory dan pada akhirnya berakhir dalam long term memory.

Ketiga penyimpanan memory tersebut di tandai oleh ciri-ciri struktural, seperti : Seberapa banyak info yang di simpan (kapasitas) dan berapa lama info tersebut disimpan (Siegler, dalam Byrnes, 1996).

Sensory Storage ( Sensory Memori )

Merupakan komponen pertama system memori yang bertemu langsung dengan info yang masuk menerima semua info dari panca indra dan menyimpan info tersebut dalam waktu yang sangat singkat.

Byrnes 1996) menyebut komponen ini dengan sensory Buffer, yaitu detektor sensory yang terletak di panca indera dan bersama dengan sistem persepsi berfungsi menangkap, menginterprestasikan dan menyimpan informasi, atau pengalaman untuk masa yang singkat.

Meski bermaksan sama, namun kedua istilah tersebut, memiliki titik fokus sendiri-sendiri yang terkait dengan fungsinya. Istilah sensory buffer : lebih menekankan pada fungsinya sebagai penahan sementara terhadap info yang diterima, sedangkan istilah sensory memory lebih menekankan fungsinya sebagai penyimpan info.

Berdasarkan eksprimen yang telah dilakukan, kapasitas sensory storage sangat terbatas, misalnya : Bila disajikan 12 item, subjek hanya mampu menyimpan 40% dari item tersebut dan disimpan hanya selama 250 mili detik sampai 4 detik (solso,1998). Bila tidak mengalami pemerosesan lebih jauh, maka informasi yang disimpan dalam sensory storage akan segera hilang.

Keberadaan sensory storage memiliki dan implikasi pendidikan yang penting :

  1. Bila ingin mempertahankan informasi lebih lama orang harus memberikan perhatian.
  2. Untuk membawa semua info ke dalam kesadaran dalam satu waktu dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Misalnya: Bila siswa disuguhkan terlalu banyak info dalam satu waktu dan tidak dikatakan pada mereka aspek mana dari info tersebut yang harus mereka perhatikan, mereka mungkin sulit untuk mempelajari info tersebut.

Agar info dalam sensory storage dapat diteruskan ke short-therm memory dibutuhkan perhatian. Perhatian adalah upaya mental berupa konsentrasi pada pristiwa-pristiwa sensory atau mental (Solso, 1998).

Menurut Calfee (Dalam Slavin, 1991) ada 3 aspek perhatian, yaitu :

1. Ketajaman & Sensitivitas / Resfektif terhadap stimulus.

2. Kemampuan memblok sebagian stimulus dan sensitivitas terhadap stimulus lain dan berkonsentrasi.

3. Kemampuan memfokuskan pikiran pada satu tugas.

Ada beberapa cara untuk menimbulkan perhatian siswa, salah satunya dengan menggunakan isyarat yang mengindikasikan bahwa info tersebut ”Penting”. Sebagian guru menaikan atau menurunkan nada suara untuk memberi tanda pada bagian info yang dianggap penting.

Sebagian yang lain melakukannya dengan memberi gerakan isyarat / melakukan pengulangan pada saat menyampaikan beberapa info. Perhatian juga dapat ditimbulkan oleh stimulus yang tidak ”biasa”, inkonsistem dan mengandung kekaguman.

Misalnya : Guru IPA seringkali memperkenalkan pelajaran dengan menunjukan trik-trik yang menakjubkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

Short Term Memory

Info yang disensasi panca indera dan mendapatkan perhatian, kemudian akan di transfer ke dalam sistem memori yang kedua, yaitu short term memory (STM) disebut juga memori kerja (Working Memory). STM merupakan komponen memori yang cukup banyak diteliti.

Ada 2 ciri penting yang dimiliki memori kerja, yaitu :

  1. Menyaring informasi yang masuk.
  2. Kapasitas dan durasinya yang terbatas karena tanpa rebersal info hanya dapat dipertahankan sekitar 5-9 item selama 10-20 detik pada orang dewasa (E.Gagne, dalam Eggen & Konchak 1997).

Tapi menurut Solso (1998) : Kapasitas STM adalah 7 item dengan durasi penyimpanan selama 10-30 detik.

Supaya info tersebut dapat bertahan lama dalam memory, ia harus dimasukan ke dalam long term memory dan untuk itu di perlukan strategi memori ( Slavin, 1991). Untuk itu guru harus mengalokasikan waktu untuk melakukan pengulangan atau latihan selama pemberian pelajaran. Mengajarkan terlalu banyak info dalam waktu yang terlalu cepat akan menjadi tidak aktif. Dalam hal ini, guru dapat berhenti sejenak untuk menanyakan pada siswa bila terdapat hal yang belum elas dan ingin ditanyakan. Dengan demikian berarti guru memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir dan mengulangi secara mental apa yang baru saja mereka pelajari. Hal ini akan sangat membantu siswa untuk memproses informasi dalam STM terutama untuk bahan pelajaran yang baru / yang sulit.

Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan efesiensi memori kerja, yaitu:

  1. Chunking
  2. Otomatis, menurut G.Miller (Dalam eggen dan Kanchank, 1997).

Chunking is the process of combining separate items into large, meaningful units. Prosedur Chunking dalam STM membutuhkan pengaksesan info dari LTM (Solso,1998).

Scheneider dan Shiffrin ( Dalam Eggen & Kanchak ) menyatakan :

Bahwa : Automacity ( Sometimes Described as “Automatic Process” ) refers to those mental operations that can be performed with little awareness or conscious effort.

Long Term Memory ( Memori Permanen )

LTM merupakan bagian dari system memori yang dapat menyimpan info dalam masa yang lama.

Mengenai Kapasitas LTM ini terdapat 2 Asumsi :

Asumsi pertama, menyatakan bahwa : Kapasitas LTM tidak terbatas (solso, 1998)

Asumsi kedua, berkeyakinan bahwa info mengenai obyek disimpan dengan cara terpisah-pisah. Misalnya : Info seperti nama objek, bentuk objek tersebut. Semua disimpan pada tempat yang terpisah-pisah dalam LTM.

Bentuk informasi yang disimpan dalam LTM ini tergantung pada beberapa faktor, meliputi :

Sumber Informasi

Pengetahuan individu sebelmnya dan

Jaringan struktural yang telah tersusun (Solso, 1998)

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi memori

Kuat lemahnya memori seseorang dipengaruhi banyak faktor diantaranya :

1. Kondisi Fisik

Kondisi fisik yang sangat berpengaruh dalam mengingat adalah kelelahan, kurang tidur,dan sakit.

Hal ini disebabkan ketika dalam kondisi tersebut biasanya individu, mengalami kemunduran kemampuan mental yang disebabkan oleh gangguan fisik tadi.

2. Usia

Ingatan yang paling kuat terjadi pada masa anak-anak, yaitu pada usia 10 – 14 tahun. Sedangkan orang yang sudah lanjut usia akan mengalami jika diminta untuk mengingat kembali apa yang sudah dipelajari dan dialaminya.

2.2. Penyebab Lupa

Menurut Gulo dan Reber (dalam Syah, 2005.), mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Tetapi bukan berarti apa telah dipelajari atau dialami hilang, hanya saja informasi tersebut terlalu lemah untuk ditimbulkan kembali.

Berbagai teori berkenaan dengan penyebab lupa, yaitu teori Decay, teori interferensi, dan loss of retrieval cue theory.

Decay theory memandang bahwa kekuatan sebuah rekaman akan bertambah lemah sejalan dengan waktu jika tidak dilatih lebih jauh atau jika tidak diaktivasi untuk masa yang lama

Interference theory berpandangan bahwa kelupaan dapat disebabkan oleh berkembangnya hubungan interferensi antara informasi dalam memori dengan informasi yang dipelajari, jadi kesan-kesan terdahulu mengganggu reproduksi kesan-kesan yang baru. Gangguan ini terbagi dua, yaitu ; gangguan proaktif (proactif interference), dan gangguan retroaktif ( retroactive interference), Byrnes, 1996 (dalam Nyayu, 2006).

Loss of retrieval cue theory berpandangan bahwa kelupaan disebabkan pelemahan hubungan antara retrieval cue dengan record. Dengan demikian, kekuatan hubungan antara cue dan memori yang tersimpan juga mempengaruhi kelupaan.

Selain dari tiga teori tersebut, lupa juga dapat juga disebabkan item informasi yang diterima hilang sebelum masuk ke Long term memory (Syah, 2005. )

BAB. III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1. SIMPULAN

1. Ingatan adalah Kemampuan untuk mencamkan, menyimpan dan

mereproduksi kembali hal-hal (kesan-kesan) yang pernah di ketahui.

2. Lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang

pernah dipelajari atau dialami.

3. Faktor-faktor penyebab lupa :

a. tidak dilatih lebih jauh.

b. Kesa-kesan baru mengganggu yang lama atau sebaliknya.

c. Pelemahan hubungan antara retrieval cue dengan record

d. item informasi yang diterima hilang sebelum masuk ke Long term memory

3.2. SARAN

Setelah mempelajari dan memahami materi ini kiranya kita dapat dapat mengaplikasikan pengetahuannya tentang ingatan (memori ) dan lupa dalam proses belajar dan pembelajaran

.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi, 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta; PT.Raja Grafindo Persada

Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang; IAIN Raden Fatah Press

Artikel Belajar

BELAJAR DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PENGERTIAN BELAJAR

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Belajar merupkan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang, suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan , keterampilan, Pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk , dimodifikasi dan berkembang karena belajar.

Dalam kehidupan sehari hari istilah belajar digunakan secara luas. Hal ini disebabkan karena aktivitas tersebut muncul dalam bentuk seperti ; Membaca buku , Menghafal ayat Al’Quran , mencatat pelajaran, menirukan perilaku seseorang dll

Para ahli memberikan definisi yang berbeda beda tentang belajar, Beberapa Definisi Belajar antara lain :

1. Bell-Gredler (1986) menyatakan belajar sebagai proses perolehan berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap ( Learning is the process by which human being acquire a vast variety of competencies, skill, and attitudes )

2. Lester D. Crow dan Alice Crow (1958 : 225) Belajar adalah prolehan kebiasaan , pengetahuan, dan sikap, termasuk cara baru untuk melakukan suatu dan upaya upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau menyesuaikan situasi yang baru. Belajar menggambarkan perubahan progresif perilaku seseoarng ketika bereaksi terhadap tuntutan tuntutan yang dihadapkan pada dirinya. Belajar memungkinkan seseorang memuaskan perhatian atau mencapai tujuannya.

3. Gagne and Briggs ( 1979) dalam buku Principles of Iinstructional Design mendefinisikan belajar sebagai serangkaian proses kognitif yang mentransformasi stimulasi dari lingkungan kedalam beberapa fase pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu kapabilitas yang baru

4. Cronbach (1960) dalam bukunya yang berjudul Educational Psykology menyatakan bahwa belajar ditunjukkan oleh perubahan prilaku sebagai hasil pengalaman.

5. Hilgard dan Bower (dalam Snelbecker,1974) dalam buku Theories of learning berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses dimana sebuah aktivitas dibentuk atau diubah melalui reaksi terhadap situasi yang dihadapi, yang mana karakteristik perubahan tersebut bukan disebabkan oleh kecenderungan respon alami ,kematangan atau perubahan sementara karena sesuatu hal ( misalnya kelelahan,obat-obatan dan sebagainya )

6. Harold Spears (1955) menyatakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca,mengimitasi,mencoba sesuatu sendiri ,mendengarkan,mengikuti petunjuk

7. Sumadi Suryabrata (2002) menyatakan belajar adalah suatu proses yang memiliki tiga ciri Yaitu :

a. Proses tersebut membawa perubahan baik actual maupun potensial

b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru

c. Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)

8. Paul Eggen dan Don Kauchak (1997) dalam buku mereka yang berjudul Educational Psykology Windows on Classrooms mengemukakan definisi belajar berdasarkan perpektif kognitif yaitu belajar adalah perubahan struktural mental individu yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan perilaku

9. Catherine Twomey Fosnot dkk (1996) dalam buku mereka yang berjudul Contruction Theory,Perpective, and Practise mengatakan bahwa: Belajar adalah suatu proses pengaturan dalam diri seseorang yang berjuang dengan konflik antara model pribadi yang telah ada dan hasil pemahaman yang baru tentang dunia ini sebagai hasil konstruksinya, manusia adalah makhluk yang membuat makna melalui aktivitas social, dialog dan debat

10. Belajar menurut pandangan Skiner

Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli diatas , dapat disimpulkan bahwa :

1. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru:

2. Proses belajar melibatkan proses proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi social.

3. Hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan prilaku ( Kognitif,Afektif, Psykomotorik)

4. Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relative permanen.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Sebagai suatu proses , keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai factor menurut Ryan (dalam smith,1970) ada tiga factor yang mempengaruhi proses belajar yaitu: (1) aktifitas individu pada saat berinteraksi dengan lingkungan; (2) factor fisiologis individu dan (3) factor lingkungan yang terdiri dari semua perubahan yang terjadi disekitar individu tersebut.Masrun dan Martaniah dalam Nyayu (2006) berpendapat bahwa factor factor yang mempengaruhi belajar diantaranya adalah (1) Kemampuan bawaan anak (2) Kondisi fisik dan psikis anak (3) Kemampuan belajar anak (4) Sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri dan (5) bimbingan

Secara garis besar, Suryabrata (1984) menyatakan bahwa factor factor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu :

(1) Factor Yang berasal dari luar diri si pemelajar yang meliputi;

a. Factor factor social

b. Factor factor non sosial

(2) Faktor factor yang berasal dari dalam diri si pemelajar yang meliputi

a. Faktor factor fisiologis ,dan

b. Faktor factor psikologis

Factor – factor sosial yang mempengaruhi belajar merupakan factor manusia baik manusia itu hadir secara langsung maupun tidak. Factor itu mencakup :

1. Orang tua. : sangat berperan penting dalam belajar anak, pola asuh orang tua, fasilitas belajar yang disediakan, perhatian dan motivasi merupakan dukungan belajar yang harus diberikan orang tua untuk kesuksesan belajar anak.

2. Guru, terutama kompetensi pribadi dan frofesional guru sangat berpengaruh pada proses dan hasil belajar yang dicapai anak didik.

3. Teman teman atau orang disekitar lingkungan belajar. Kehadiran orang lain secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh baik atau buruk pada belajar seseorang.

Faktor factor non sosial yang mempengaruhi belajar merupakan factor factor luar yang bukan factor manusia diantanya adalah:

1. Keadaan udara, suhu, dan cuaca. Keadaan udara dan suhu yang terlalu pana s membuat orang tidak nyaman belajar sehingga tidak mendapatkan hasil yang optimal.

2. Waktu ( Pagi, siang, atau malam) sebagian orang mudah memahami pelajaran diwaktu pagi hari dibandingkan pada waktu sore atau malam hari.

3. Tempat ( letak dan pergedungan) seseorang biasanya sulit belajar ditempat ramai dan bising )

4. Alat alat atau perlengkapan belajar. Dalam pembelajaran tertentu yang memerlukan alat, belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal jika tanpa alat tersebut

Factor factor fisiologis yang menmpengaruhi belajar mencakup dua hal yaitu ;

1. Keadaan tonus jasmani pada umumnya.

Keadaan tonus jasmani berpengaruh pada kesiapan dan aktivitas belajar.

Orang yang keadaan jasmaninya segar akan siap dan aktif dalam belajarnya, sebaliknya orang yang keadaan jasmaninya lesu dan lelah akan mengalami kesulitan untuk menyiapkan diri.Keadaan tonus jasmani ini berkaitan dengan asupan nutrisi yang diterima dan penyakit kronis yang diderita.

2. Keadaan fungsi fungsi fisiologis tertentu

Terutama kesehatan panca indera akan mempengaruhi belajar. Panca indera merupakan alat untuk belajar. Berfungsinya panca indera dengan baik merupakan syarat untuk dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Indera yang terpenting dalam hal ini adalah mata dan telinga karena kedua indera inilah yang merupakan pintu gerbang masuknya berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.

Faktor factor Psikologis yang mempengaruhi belajar (Nyayu,2006:51) antara lain mencakup

1. Minat

Adanya minat terhadap objek yang dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal.karena minat merupakan komponen psikis yang berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati

2. Motivasi

Motivasi belajar seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya.

Bahkan dua orang yang sama sama menunjukkan perilaku belajar yang sama dengan motivasi yang berbeda akan mendapat hasil belajar yang relative berbeda, maslow ( dalam frendsen,1961) mengemukakan motif motif belajar itu ialah :

a. Adanya kebutuhan fisik

b. Adanya kebutuhan akan rasa aman

c. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dari orang lain

d. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan

e. Adanya kebutuhan untuk aktualisasi diri

3. Intelegensi

Merupakan modal utama dalam melakukan aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Orang yang berintelegensi rendah tidak akan mungkin mencapai hasil belajar yang melebihi orang yng berintelegensi tinggi

4. Memori

Kemampuan untuk merekam , menyimpan dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari sangat membantu dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.

5. Emosi

Penelitian tentang otak menunjukkan bahwa emosi yang positif akan sangat membantu kerja syaraf otak untuk merekatkan apa yang dipelajari kedalam memori ( Goleman,1995; Le Doux,1993,MacLean,1990), karena informasi pelajaran yang dikirim ke pusat memori melalui amygdale sebagai pusat emosi berjalan tanpa halangan.

Dari uraian diatas , Nampak bahwa sesungguhnya factor factor yang mempengaruhi belajar itu banyak dan bermacam macam. Factor factor tersebut harus diperhatikan oleh para pendidik dan kalau mungkin harus dikondisikan sedemikian rupa guna memperoleh hsil belajar yang betul betul maksimal.

Artikel Proses Berpikir

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar Menurut Whiterington (1982:10 dalam http//www psikologi pendidikan.com). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik terutama pada persoalan berpikir, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif dan menyenangkan dengan tentunya melaui proses berpikir yang baik.

B. Permasalahan

Setelah melihat dari latar belakang dalam tulisan ini, maka masalah yang diambil adalah bagaimana cara menganalisis proses berpikir pada peserta didik.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui proses berpikir peserta didik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Berfikir

Mengenai soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih.

Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.

B. Jenis, Tipe, dan Pola Berpikir

Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistik dan berpikir langsung. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.

Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:

1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu

2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.

3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.

4. Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.

5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.

6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.

Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut.

1. Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.

2. Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevamn atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

C. Proses Berpikir

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :

1. Pembentukan Pengertian

Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :

Manusia Indonesia, ciri – cirinya :

  • Mahluk hidup
  • Berbudi
  • Berkulit sawo mateng
  • Berambut hitam
  • Dan sebagainya

Manusia Eropa, ciri – cirinya :

  • Mahluk hidup
  • Berbudi
  • Berkulit Putih
  • Berambut pirang atau putih
  • Bermata biru terbuka
  • Dan sebagainya

Manusia Negro, ciri – cirinya:

  • Mahluk hidup
  • Berbudi
  • Berkulit htam
  • Berambut hitam kriting
  • Bermata hitam melotot
  • Dan sebagainya

Manusia Cina, ciri – cirinya:

  • Mahluk Hidup
  • Berbudi
  • Berkulit kuning
  • Berambut hitam lurus
  • Bermata hitam sipit
  • Dan sebagainya

Dan manusia yang lain – lainnya lagi.

b. Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

2. Pembentukan Pendapat

Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.

Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu,

Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.

b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan

tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani

Malas dan sebagainya.

c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan

kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya

hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan

Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.

Ada 3 macam keputusan, Yaitu

a. Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat – pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :

Tembaga di panaskan akan memuai

Perak di panaskan akan memuai

Besi di panaskan akan memuai

Kuiningan di panaskan akan memuai

Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)

b. Keputusan Deduktif

Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan

dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai

(umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai

Contoh lain :

Semua manusia terkena nasib mati,

Si Karto adalah manusia

Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.

c. Keputusan Analogis

Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan

atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok

anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu,

tentu naik kelas.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Secara umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http//www psikologi pendidikan.com)) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian yang terjadi karena adanya masalah.

2. Proses berpikir ada tiga langkah yaitu :

(a) Pembentukan Pengertian , atau lebih tepatnya disebut pengertian logis,

(b) Pembentukan Pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah

pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat,

yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat, dan

(c) Penarikan Kesimpulan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat

baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.

B. Saran

Setelah mengetahui dari berbagai sumber tentang pengertian berpikir dan proses berpikir pada peserta didik, maka sebagai pendidik hendaknya menerapkan langkah- langkah proses berpikir siswa guna untuk mendapatkan hasil belajar yang betul-betul maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press

Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com. Senin, 4 Agustus 2008

Suryabarata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Whiterington. 1982. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com Senin, 4 Agustus 2008

Selamat Datang

Blog ini saya Ciptakan untuk kepentingan bersama dan semoga bermanfaat …………….Amin…..